Jakarta – reaksipress.com – PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI), yang merupakan anak perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan bergerak di sektor perawatan pesawat, telah resmi mengangkat Giring Ganesha sebagai Komisaris Independen. Penunjukan ini memicu beragam opini, terutama disebabkan oleh latar belakang Giring yang berkaitan dengan musik dan politik, bukan dengan sektor penerbangan.
Keputusan ini diumumkan pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) GMFI yang berlangsung pekan lalu. Giring mengambil alih posisi komisaris sebelumnya di tengah upaya perusahaan untuk meningkatkan tata kelola dan mempercepat proses restrukturisasi keuangan.
Saat ini, GMFI masih berjuang menghadapi sejumlah tantangan finansial yang besar. Dalam laporan keuangan tahunan 2023, perusahaan mencatatkan kerugian bersih sebesar 31,88 juta dollar AS. GMFI juga masih melanjutkan proses restrukturisasi utang, termasuk pinjaman yang diterima dari lembaga keuangan internasional dan mitra utama.
Dalam situasi ini, beberapa pihak mempertanyakan alasan dan urgensi dibalik penunjukan Giring. Di samping tidak memiliki pengalaman dalam sektor penerbangan atau korporasi, banyak yang khawatir bahwa keputusan ini bertentangan dengan prinsip meritokrasi dan profesionalisme yang menjadi dasar reformasi tata kelola BUMN.
“Ini adalah preseden yang perlu dievaluasi secara objektif. Jabatan komisaris tidak hanya simbolik. Ia berperan penting dalam menentukan arah strategis dan supervisi perusahaan,” ungkap Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), ketika dihubungi awak media.
Namun, tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa penunjukan ini bisa menjadi bagian dari pendekatan kepemimpinan yang lebih terbuka. Giring, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dianggap memiliki keterampilan komunikasi publik dan manajerial dari pengalamannya dalam politik.
Daeng Marola, seorang praktisi di sektor penerbangan yang memulai kariernya sebagai tenaga kebersihan bandara hingga menjadi komisaris di perusahaan ground handling, mengatakan bahwa kepemimpinan di BUMN tidak hanya bisa diukur dari latar belakang pendidikan atau industri.
“Yang terpenting adalah kemampuan dalam mengelola sumber daya manusia, memahami strategi bisnis, dan membangun hubungan institusional. Terkadang, orang dari luar justru dapat menghadirkan perspektif yang fresh,” ujarnya.
Namun, Daeng juga mengingatkan bahwa sektor penerbangan sangat rumit dan memiliki banyak regulasi. Oleh karena itu, kerjasama yang erat antara komisaris dan tim profesional adalah hal yang sangat diperlukan.
Penunjukan komisaris dari kalangan non-profesional dalam industri bukanlah hal yang asing di dalam BUMN. Akan tetapi, dengan dorongan reformasi BUMN yang semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir, publik berharap agar prinsip tata kelola yang baik (good corporate governance) tetap menjadi fokus utama.
Kementerian BUMN dalam beberapa kesempatan telah menyatakan bahwa setiap penunjukan komisaris melalui proses evaluasi yang ketat. Namun, hingga berita ini dituliskan, belum ada pernyataan resmi dari GMFI atau Kementerian BUMN mengenai alasan khusus di balik penunjukan Giring.