Naional – reaksipress.com – Isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di PT Gudang Garam Tbk kembali mencuat usai beredarnya video viral yang memperlihatkan pekerja pabrik saling berpamitan. Video berdurasi singkat yang beredar pada 6 September 2025 itu menampilkan buruh berseragam merah dan biru, memicu spekulasi adanya PHK besar-besaran.
Unggahan tersebut cepat menyebar di media sosial dan telah dibagikan ribuan kali, hingga menjadi sorotan publik.
Spekulasi PHK massal semakin menguat setelah laporan keuangan semester I 2025 menunjukkan penurunan signifikan. Pendapatan Gudang Garam turun sekitar 11–11,3%, dari Rp 50,0 triliun menjadi Rp 44,36 triliun.
Hal ini menyebabkan Laba bersih anjlok hingga 87%, dari Rp 925 miliar menjadi hanya Rp 117 miliar yang diakibatkan oleh tekanan terbesar datang dari beban cukai dan biaya produksi yang terus meningkat, sehingga mempersempit margin keuntungan perusahaan.Kondisi ini menjadi salah satu sinyal serius bahwa industri rokok sedang berada dalam tekanan berat.
Pihak manajemen segera angkat suara. Melalui HRD PT Merdeka Nusantara—penyedia tenaga kerja untuk pabrik Gudang Garam di Tuban—ditegaskan bahwa tidak ada PHK massal di Tuban. Aktivitas produksi disebut berjalan normal sejak awal tahun hingga kini.
Meski begitu, perusahaan belum memberikan klarifikasi mengenai lokasi sebenarnya dari video viral yang memicu keresahan publik tersebut.
Sementara, Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan, dan Minuman (FSP RTMM-SPSI) mengonfirmasi adanya efisiensi pekerja. Setidaknya 308 buruh terdampak, sebagian melalui program pensiun dini, sebagian lain akibat tidak diperpanjangnya kontrak kerja (PKWT).
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyatakan masih melakukan verifikasi lebih lanjut terkait kabar PHK ini, termasuk mendalami skala dampaknya terhadap buruh.
Pakar menilai isu ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi industri rokok nasional yang sedang terhimpit berbagai faktor, kenaikan cukai yang membuat biaya produksi melonjak, maraknya rokok ilegal yang menekan penjualan resmi dan penurunan daya beli masyarakat, sehingga konsumsi rokok ikut menurun.
Ketiga faktor ini membuat produsen besar, termasuk Gudang Garam, harus mengambil langkah efisiensi untuk menjaga kelangsungan usaha.
Hingga saat ini, publik masih menunggu pernyataan resmi dari manajemen pusat Gudang Garam. Meski perusahaan membantah adanya PHK massal, fakta efisiensi ratusan buruh sudah cukup menimbulkan keresahan, terutama di Kediri dan sekitarnya, yang selama ini bergantung pada industri rokok sebagai penopang ekonomi daerah.
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyatakan masih melakukan verifikasi lebih lanjut terkait kabar PHK ini, termasuk mendalami skala dampaknya terhadap buruh.
Pakar menilai isu ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi industri rokok nasional yang sedang terhimpit berbagai faktor, kenaikan cukai yang membuat biaya produksi melonjak, maraknya rokok ilegal yang menekan penjualan resmi dan penurunan daya beli masyarakat, sehingga konsumsi rokok ikut menurun.
Ketiga faktor ini membuat produsen besar, termasuk Gudang Garam, harus mengambil langkah efisiensi untuk menjaga kelangsungan usaha.
Hingga saat ini, publik masih menunggu pernyataan resmi dari manajemen pusat Gudang Garam. Meski perusahaan membantah adanya PHK massal, fakta efisiensi ratusan buruh sudah cukup menimbulkan keresahan, terutama di Kediri dan sekitarnya, yang selama ini bergantung pada industri rokok sebagai penopang ekonomi daerah.