Nasional – reaksipress.com – Timnas Indonesia menutup tahun 2024 dengan kenyataan pahit: gagal melaju ke semifinal Piala AFF 2024. Meski demikian, kekalahan ini bukanlah akhir dari segalanya. Ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dari perjalanan skuad Garuda, yang bisa menjadi bekal untuk masa depan.
Kekalahan 0-1 dari Filipina pada pertandingan terakhir Grup B, Sabtu (21/12), membuat Indonesia tersingkir dari kompetisi. Skuad asuhan Shin Tae-yong harus merelakan tiket semifinal jatuh ke tangan Filipina, yang bersama Vietnam melangkah ke babak berikutnya.
Di klasemen akhir Grup B, Indonesia finis di peringkat ketiga dengan empat poin. Vietnam memuncaki grup dengan 10 poin, sementara Filipina mengamankan posisi kedua dengan enam poin. Ini menjadi kali keempat Indonesia tersingkir di fase grup sejak pertama kali berpartisipasi dalam Piala AFF. Sebelumnya, kegagalan serupa terjadi pada 2007, 2012, dan 2018.
Setelah mencapai final Piala AFF 2020 dan finis sebagai runner-up, performa Timnas Indonesia menunjukkan tren menurun. Pada edisi 2022, Indonesia hanya mencapai semifinal, dan kini merosot lebih jauh dengan tersingkir di fase grup.
Namun, melihat perjalanan sepanjang 2024, pencapaian Timnas Indonesia tidak sepenuhnya buruk. Di awal tahun, tim senior berhasil melaju ke fase gugur Piala Asia 2023, sebuah pencapaian signifikan setelah absen selama 16 tahun. Selain itu, peluang untuk lolos ke Piala Dunia 2026 tetap terbuka dengan keberhasilan menembus putaran ketiga kualifikasi.
Keputusan PSSI untuk tidak meliburkan Liga 1 selama Piala AFF 2024 mengundang kontroversi. Namun, langkah ini memungkinkan pelatih Shin Tae-yong untuk memberi panggung kepada pemain muda. Hampir separuh pemain yang berlaga di Piala AFF adalah debutan, dengan rata-rata usia skuad hanya 20,3 tahun.
Ketua PSSI, Erick Thohir, sebelumnya menyatakan bahwa Piala AFF 2024 menjadi batu loncatan bagi pemain muda sebelum mereka berlaga di turnamen besar lainnya, seperti Piala Asia U-20, Kualifikasi Piala Asia U-23, dan SEA Games 2025.
Beberapa pemain muda berhasil menunjukkan potensi selama turnamen. Dony Tri Pamungkas tampil serba bisa, tidak hanya sebagai bek sayap tetapi juga mendukung lini serang. Kadek Arel menunjukkan ketenangan dalam bertahan dan kemampuan overlap yang efektif. Cahya Supriadi membuktikan refleks yang cepat sebagai penjaga gawang. Sementara itu, Achmad Maulana dan Victor Dethan menjadi motor kreativitas dalam mengatur serangan.
Meski regenerasi berjalan, evaluasi mendalam tetap harus dilakukan. Salah satu perhatian utama adalah minimnya produktivitas lini depan. Seluruh gol Indonesia di Piala AFF 2024 dicetak oleh pemain bertahan, dengan empat gol berasal dari lemparan jauh Pratama Arhan.
Gol yang dihasilkan memang penting, tetapi ketergantungan pada skema tertentu menunjukkan kelemahan dalam variasi serangan. Shin Tae-yong perlu mengatasi masalah ini untuk memastikan tim lebih kompetitif di turnamen mendatang.
Dengan waktu sekitar tiga bulan sebelum Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Maret 2025, PSSI dan jajaran pelatih memiliki kesempatan untuk merumuskan strategi yang lebih baik. Fokus utama harus pada peningkatan skema permainan, efisiensi serangan, dan mematangkan pemain muda yang telah menunjukkan potensi.
Kegagalan di Piala AFF 2024 harus dijadikan momentum untuk memperkuat fondasi sepak bola nasional. Orientasi jangka panjang tetap menjadi prioritas, mengingat Piala AFF bukanlah agenda resmi FIFA dan lebih cocok dijadikan ajang pembinaan. Dengan pembenahan yang tepat, Timnas Indonesia dapat melangkah lebih jauh di pentas internasional di masa mendatang.